Menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan, para pengusaha negeri tirai bambu tersebut diantaranya akan menanamkan modal pada sektor manufaktur, telekomunikasi dan minyak dan gas bumi.
"Nilainya sekitar US$ 4-5 miliar. Dari seluruh MoU yang ditandatangani sebanyak 27 itu. Realisasi 2-4 tahun," kata Gita di Kantornya, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (31/10/2010).
Adapun beberapa perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan China di antaranya yaitu, Artha Graha untuk pembangunan fiber optic, PT Aneka Tambang dan Hangzhou Jinjiang Group untuk pengembangan potensi bauksit, PT Waja Sekawan Prima dan Tian Yi Seamless Steel Tube untuk pembangunan pabrik seamless pipe pertama di Asia Tenggara, serta Samudera Energy dan CNOOC/Husky Oil untuk dukungan operasi hulu migas di Blok Madura Strait.
Selain itu, Barong Baragas Energy dan Jinchuan Group untuk pembangunan pabrik smelting nikel di Sulawesi Tenggara, Bumi Makmur Selaras dan Hanking Industrial Group untuk eksplorasi dan pengembangan nikel, Indonesia Mitra Jaya dan Super Power Int. Holding untuk pengembangan terpadu nikel di Pulau Seram.
"Untuk proyek Smelter Grade Alumina antara Hangzho dan Antam itu kapasitasnya 400-500 ribu ton dan akan dibangun tahun depan," ungkapnya.